Selamat Datang Di Blog DUNIA SAHABAT BOLA

Kamis, 04 September 2014

Dunia Bola: SepuluhFakta Piala Dunia FIFA 1978

Sepuluh Fakta Piala Dunia 1978: 
  1. Sepakbola tak dapat lepas dari politik. Argentina diperintah rezim militer Jenderal Jorge Videla yang bertanggung jawab atas hilangnya ribuan lawan politiknya. Sebagai bentuk protes, Johan Cruyff menolak tampil meski Belanda lolos ke Piala Dunia. Cruyff tak pernah menyebutkan alasannya secara gamblang, meski dalam wawancara 30 tahun kemudian mengungkapkan ada kawanan tak dikenal yang menodongnya dengan pistol di rumah di Barcelona. Cruyff dan istri berhasil lolos dan meski tak pernah ada kaitan yang jelas antara kawanan tersebut dengan rezim pemerintahan Videla, Cruyff menolak berangkat karena memilih menemani keluarganya.
  2. Argentina '78 juga dikenang karena confetti, taburan kertas putih yang biasa dihamburkan penonton sepakbola di negeri itu sebelum pertandingan dimulai. Kesemarakan confetti selalu muncul setiap kali tuan rumah bertanding. Kalau Anda menyaksikan rekaman video pertandingan final antara Argentina dan Belanda, kedua pemain bak berlaga di atas lapangan salju.
  3. Pertandingan penyisihan grup antara Prancis dan Hungaria juga menarik. Akibat kebanyakan televisi di Argentina masih hitam-putih, kostum kedua tim akan tampak mirip bagi pemirsa. Prancis mengenakan kostum kebesaran berwarna biru, sedangkan Hungaria merah. Setelah berunding, Prancis bersedia mengganti kostum. Masalahnya, mereka tak membawa kostum cadangan. Tak kehabisan akal, panitia segera meminjam kostum klub lokal Club Atletico Kimberley dengan motif garis hijau-putih vertikal. Inilah untuk kali pertama (mungkin juga yang terakhir) sebuah tim peserta Piala Dunia tidak mengenakan kostum kebesarannya.
  4. Lain lagi ulah Clive Thomas. Wasit asal Wales ini dijuluki "The Book" karena setia terhadap buku peraturan pertandingan. Terlalu setia malah. Pada pertandingan Brasil melawan Swedia, Thomas mengakhiri pertandingan persis ketika Brasil sedang melakukan tendangan penjuru. Padahal, dari tendangan penjuru itu Zico berhasil mencetak gol! Kontan saja pemain Brasil melayangkan protes, tapi keputusan wasit tetap absolut. Pertandingan berakhir imbang 1-1. Berkat keputusan tersebut, Thomas tak pernah lagi memimpin pertandingan Piala Dunia.
  5. Argentina '78 menjadi saksi lahirnya gol Piala Dunia ke-1000. Pencetak angka keramat itu adalah penyerang tajam Belanda, Rob "Si Ular" Rensenbrink. Gol dicetak melalui titik putih ke gawang Skotlandia. Pertandingan Belanda melawan Skotlandia itu sendiri dikenang sebagai salah satu momen terbaik dalam sejarah turnamen. Skotlandia dengan gagah berani menaklukkan Belanda 3-2. Archie Gemmill mencetak gol menawan pada pertengahan babak kedua. Tapi, tendangan keras Johnny Rep membawa Belanda lolos ke babak berikutnya berkat keunggulan selisih gol.
  6. Skotlandia juga membuat cerita di luar lapangan. Salah satu pemainnya, Willie Johnston, kedapatan positif setelah menjalani tes doping. Karuan saja, pemain yang berposisi sebagai sayap kiri itu ditendang dari turnamen. Praktis, karir internasional Johnston berakhir. Beberapa tahun berselang, Johnston menyesalkan sikap federasi Skotlandia yang tak berupaya membela dirinya. Johnston juga menyangkal telah melakukan doping karena merasa hanya menenggak "obat demam biasa".
  7. Piala Dunia kali ini dipenuhi beberapa kontroversi. Pertama, insiden Ramon Quiroga. Argentina butuh menang besar atas Peru untuk melangkah ke partai final. Bukan tugas yang mudah karena saat itu Peru merupakan tim yang diperhitungkan dengan pemain andalan macam Teofilo Cubillas. Di luar dugaan, Argentina menang telak 6-0 dan menyingkirkan Brasil di jalan menuju final. Quiroga disebut-sebut punya andil karena kiper Peru itu kelahiran Argentina. Menariknya, pertandingan digelar di kota kelahiran Quiroga, Rosario. Quiroga membantah keras telah bersekongkol menyingkirkan Peru. Sampai-sampai dia harus melansir surat pernyataan khusus di sebuah surat kabar sekembalinya di Peru.
  8. Kontroversi selanjutnya terjadi menjelang laga final. Demi mengetahui wasit final adalah Abraham Klein asal Israel, Argentina meminta pergantian petugas pertandingan. Klein adalah wasit yang memimpin pertandingan pertama Argentina. Saat itu, tuan rumah dikalahkan Italia 2-1. Permintaan tuan rumah diloloskan dan wasit Sergio Gonella ditunjuk memimpin final. Klein sendiri akhirnya mewasiti pertandingan perebutan tempat ketiga antara Brasil dan Italia. Apakah ada pengaruhnya dengan hasil partai final? Anda nilai sendiri saja.
  9. Partai final juga menyisakan kisah kontroversial. Pemain Belanda mengisahkan dalam Brilliant Orange, bus yang membawa mereka dari hotel ke Estadio Monumental, tempat final dilangsungkan, diserang dan dilempari batu oleh pendukung tuan rumah. Bus juga harus berputar dari rute yang seharusnya. Setiba di stadion, para pemain Belanda terpaksa meladeni permainan urat syaraf Argentina. Mereka harus menunggu di lapangan beberapa menit karena Argentina tidak segera keluar dari kamar ganti. Begitu muncul di atas lapangan, kapten Daniel Passarella menghampiri wasit Gonella dan memprotes perban yang membalut lengan Rene van de Kerkhof. Van de Kerkhof diminta melepasnya. Kontan, para pemain Belanda melancarkan protes balik karena perban tersebut sudah dipakai di babak sebelumnya dan tak ada masalah. Setelah kapten Ruud Krol mengancam akan mundur dari partai final, akhirnya pertandingan bisa dilanjutkan. Sejarah kemudian mencatat, Argentina memenangi laga final 3-1 melalui babak perpanjangan waktu.
  10. Piala Dunia 1978 terbukti menjadi kampanye sukses bagi junta militer pimpinan Videla. Bagaimanapun, gerakan kelompok AsociaciĆ³n Madres de Plaza de Mayo (Kelompok Para Ibu Plaza de Mayo) tak boleh dilupakan. Sepanjang turnamen, kelompok ini terus melancarkan aksi protes atas penculikan ribuan orang yang dilakukan rezim Videla sejak berkuasa 1976. Kelompok ini didirikan para ibu yang ingin mencari tahu nasib anak-anak mereka. Demonstrasi yang mereka lancarkan membuat dunia mengetahui apa yang terjadi di Argentina. Dalam buku Football in a Dirty War, striker Argentina Leopold Luque mengatakan "takkan berpartisipasi dalam turnamen itu jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi". Sepakbola memang tak bisa dipisahkan dari politik

Tidak ada komentar: